7.9.19

Ibumu, ibumu, ibumu!

Telah terdengar kepadaku satu cerita mendukacitakan. Sampainya hati seorang anak, mendahulukan isterinya daripada wanita yang diangkat kedudukannya oleh Allah. Ketaatan kepadanya adalah selepas ketaan kepada Allah dan Rasulnya. Redha nya adalah Redha Rabbul ‘Alamin, dan marahnya pula adalah murkanya Tuhan.

Ibu tiada dapat dicerai. Tiada dapat ditambah dan tidak pula dapat diganti. Apakah insan ini yang kita “geluratkan” semata-mata kan “memanjai” seorang betina yang entah darimana kita kutip? Adakah hati Manusia lain yang lebih utama dijaga, daripada hati kecil seorang ibu tua? Celakalah! Celakahlah! Jika kau berkata ya! Kata Rasul, Syurga di bawah tapak kakinya!

Dulu engkau dikasihnya. Sehingga iri anak-anak yang lain. Kaulah teman sejatinya. Ke sana ke mari “beundan-undan”. Duit dan belanja tiada berkira. Barang sedikit pun, ibu jadi rujukan. Jangan kata membali kereta, baju kerjamu pun dulu dia yang pilihkan! Sekarang dia kau sisihkan, demi siapa?! Kata-katanya bikin panas telinga? Kurapaknya menyakitkan hati? Permintaannya menjadi beban? Katakan itu nanti di depan Tuhan!

Duhai apakah gerangan budi balasan, bagi insan yang melahirkan dan membesarkan. Malapetaka apakah yang akan menimpa nanti, bila ibu kau derhakai. Mendengar saja, jiwa jadi hancur, hati jadi luluh, takut-takut akan datang bala dari langit, menimpa kiri dan kanan.
Renungkan petikan kata-kata di bawah ini. Berubahlah, entah kapan kita akan “dikapankan”.

Imam Adz-Dzahabi rahimahullaah menulis dalam kitabnya Al-Kabaair:
• Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan, seolah-olah sembilan tahun.
• Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya.
• Dia telah menyusuimu dari putingnya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu.
• Dia cuci kotoranmu dengan tangan kirinya, dia lebih utamakan dirimu dari padadirinya serta makanannya.
• Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu.
• Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu.
• Seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suaranya yang paling keras.
• Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik.
• Dia selalu mendo’akanmu dengan taufik, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
• Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu.
• Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar.
• Engkau puas minum dalam keadaan dia kehausan.
• Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu.
• Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat.
• Berat rasanya atasmu memeliharanya padahal itu adalah urusan yang mudah.
• Engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek.
• Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
• Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut.
• Engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu.
• Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul ‘aalamin.
(Akan dikatakan kepadanya),
“Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Al-Hajj : 10)
(Al-Kabaair hal. 53-54, Maktabatush Shoffa, Dar Albaian) diambil daripada https://muslimah.or.id/1861-ibumu-kemudian-ibumu-kemudian-i…

03-03-2018

No comments: